Saya merasa kebingungan pada saat pertama kali mencoba mengirim tulisan ke koran. Bagaimana cara mengirimnya, kata-kata apa yang harus menjadi pengantar tulisan, ke email mana tulisan tersebut akan dikirim, dan apakah email redaksi tersebut valid atau tidak?. Hal-hal tersebut selalu saya pertanyakan ketika awal ingin menulis di koran/media online.
Untung saja di era internet, semua informasi mudah sekali didapat. Sebab, ada begitu banyak blog yang bercerita mengenai cara menulis di koran, alamat email, cara menulis, bahkan ada yang mencantumkan berapa honor yang didapat. Kemudahan tersebut memudahkan penulis pemula seperti saya.
Namun, tentu saja ada beberapa redaksi yang sudah berubah alamat emailnya. Awal-awal ketika saya mulai semangat menulis, saya membeli beberapa koran dan kemudian mencatat alamat redaksi dari tiap koran-koran tersebut. Saya juga banyak menggunakan akses internet, sebab sudah banyak koran yang memiliki epaper, dan ketika itu masih banyak yang versi epaper gratis. Epaper bisa akses dengan mudah. Dari dua penelusuran tersebut saya tahu ke mana harus dikirimkan tulisan-tulisan yang sudah dibuat.
Pada awalnya, saya sering merasa was-was apakah tulisan saya tersebut sampai ke tangan redaksi. Sebab, sangat jarang sekali redaksi yang mau membalas email yang kita telah kirim.
Pertama kali menulis untuk Koran Jakarta, tulisan saya tidak dimuat. Redaksi Koran Jakarta membalas dan menyebut tulisan saya kurang banyak–tidak sesuai dengan persyaratan (harus 8000 karakter/1200an kata). Pernah pada saat saya meresensi buku dan mengirimnya ke Perada Koran Jakarta, saya tidak menyertakan covernya, redaksi meminta saya melengkapi foto cover buku yang diresensi. Tak lama resensi tersebut dimuat di Koran Jakarta.
Saya juga pernah mengirim opini ke Pikiran Rakyat, pada saat saya konfirmasi apakah tulisan tersebut dimuat atau tidak redaksi menjawab “mohon maaf belum bisa memuat”. Saya kemudian mengirim opini untuk yang kedua dan ketiga, sayangnya tidak mendapatkan respon.
Ke Koran Tempo, setelah mengirim opini, beberapa minggu kemudian dibalas oleh salah satu redakturnya bahwa tulisan saya belum bisa dimuat. Belakangan, setelah 3 tahun belajar menulis, akhirnya dua tulisan yang saya kirim ke Koran Tempo dimyat Redaksi.
Ke Jawa Pos pun saya pernah menanyakan apakah ada honor atas tiga tulisan yang saya kirim. Redaktur membalas email saya dan meminta maaf juga meminta saya agar menghubungi nomor telp yang bisa memastikan honor tulisan tersebut dikirim ke rekening saya. Tapi belakangan saya tidak pernah berhasil mendapatkan tulisan saya dimuat.
Sepengalaman saya, Kompas, Beritagar (saat ini sudah tidak banyak memuat artikel pendek dari penulis luar, dan belakangan beralih ke Lokadata), dan detiknews yang reguler memberitahu apakah tulisan saya dimuat atau tidak. Bisa tiga hari, 1 minggu, dua minggu, tiga minggu bahkan satu bulan. yang bisa berbulan-bulan baru mendapat balasan antara lain Koran Kompas.
Bagi yang pernah mengirim tulisan ke kompas pasti hapal apa yanrg disampaikan redaksi. Yang pernah saya dapat adalah “kesulitan mendapat tempat” dan “pengungkapan redaksional kurang mendukung”. Tidak apa, itu artinya saya harus terus mengasah diri dan menulis dengan tekun.
Beberapa media lain biasanya punya aturan berbeda. Jawa Pos misalnya 5 hari tidak dimuat dikembalikan ke penulis, Koran Jakarta 2 minggu tidak dimuat dikembalikan ke penulis, Koran Sindo satu minggu tidak dimuat dikembalikan. Ada juga yang tidak memberitahukan batasnya. Namun seringkali saya menggunakan patokan, jika satu sampai dua minggu tulisan saya tidak dimuat, maka saya akan mengirim penarikan tulisan dan meminta maaf. Biasanya saya endapkan, dan kemudian diperbaiki sehingga bisa dikirim ke media lainnya.
Yang jelas menurut para senior yang sudah lebih awal menulis di koran. Jangan pernah menyerah, terus menulis dan memperbaiki tulisan, maju terus pantang mundur.
Untuk honor tentu berbeda-beda. Bergantung kebijakan redaksi masing-masing. Cepat lambatnya turunnya honor juga beragam. Pokoknya lumayan untuk membeli susu dan popok anak saya. Hehehe. Seringkali juga ada koran yang tidak memberikan honor penulisan. Mendapatkan honor memang kebahagiaan, tetapi melihat opini saya dimuat sehingga memungkinkan gagasan yang saya miliki dimuat dan dibaca orang lain, rasanya lebih membahagiakan.
Berikut beberapa alamat redaksi yang saya ketahui (data ini akan saya update terus menerus):
- Kompas (opini@kompas.com)
- Media Indonesia (opini@mediaindonesia.com, opinimi@yahoo.com)
- Jawa Pos (opini_jp@jawapos.co.id)
- Sindo (opini.sindo@gmail.com)
- Republika (sekretariat@republika.co.id )
- Koran Jakarta (opinikoranjakarta@yahoo.co.id) (sudah tidak menerima opini atau resesensi)
- tirto.id (opini@tirto.id)
- detik.com (redaksi@detik.com atau mumu@detik.com)– saat ini harus registrasi, kemudian submit artikelnya di kolom yang sudah disediakan.
Selamat menulis dan mengirimkannya ke koran atau media online.
Salam Semangat.
mau tanya mas. kalau ngirim tulisan ke situs tirto itu dibayar jugakah? masnya sendiri pernah ngirim ke tiroto gak? nuhun.
Halo mba,
Saya sendiri belum pernah kirim. Tapi teman saya pernah dimuat di tirto. Ada bayarannya.
terima kasih.
Kalo masih pemula, sebaiknya tulisan dikirim ke satu saja atau banyak ke media online? Terimakasih.
Mas Agus,
Terima kasih sudah membaca. Saya berpendapat bahwa setiap tulisan hanya boleh dikirim ke satu media (online atau koran). Ini bagian dari etika. Ketika tidak dimuat di media tersebut (biasanya setelah 1-2 minggu) kita boleh menarik artikel tersebut, mengedit kembali, dan mengirimnya kembali ke media lain.
Salam,
Anggi
Permisi, Mas. Mau tanya, kalau ngirim tulisan ke tirto itu maksimal berapa kata, ya? Terima kasih.
setahu saya mungkin sekitar 600-1000 kata mas.
salam,
anggi
Ohh. Oke. Terima kasih juga, Mas.
oke siap.
Nuhun Kang…. Oia, mohon bimbingannya dari seniorku di Mancung dan di PD ini… 🙂 ini blog sederhanaku Kang.. http://haarisef.blogspot.com
Siap. terus menulis Ris.
Semangat terus.
Salam,
Anggi
Email²nya masih valid ngga kak? Mau tanya² lebih lanjut, boleh w.a saya ngga? 08984197255
Halo,
Masih valid. Boleh via email (afriansyah.anggi@gmail.com). Terima kasih.
Salam,
Anggi
Mas mau nanya. Kalo ngirim tulisan lewat @email, harus make kata pembuka dan cantumin biografi ga?
Halo Mas,
Iya. Yang biasa saya lakukan:
Yth. Redaksi Koran ….
Dengan Hormat,
Melalui email ini, saya :
Nama :
Hp/email :
Pekerjaan :
Alamat :
No. rekening :
No. NPWP :
Benar telah mengirimkan opini dengan judul “”. Melalui email ini, saya berharap Redaksi Koran ……. dapat memuat opini tersebut. Atas perhatian dari Redaksi, saya ucapkan terima kasih.
Salam Hormat,
Anggi
itu biasanya yang saya lakukan ketika mengirim ke media, Mas. Semoga Bermanfaat.
Salam,
Anggi
Terima kasih sharingnya ini manfaat sekali kebetulan saya lagi coba cari link untuk kirim opini artikel ke surat kabar.
Halo mba,
Syukutlah jika membantu.
Salam,
Anggi
Hi Anggi, punya tautan link resmi menuju media-media yang tertulis? saya coba lihat persyaratannya (tapi teh aduh) gak ketemu-ketemu euy, payah the way using keywords nya kayanya. Hatur nuhun
Halo mba,
Link resmi maksudnya? Kalau websitenya langsung saja klik nama medianya. Terima kasih.
Salam.
Mantap ullasanya bung…
Selamat siang semuanya, saya hanya ingin mecari tahu apakah bias kirim tulisan sederhana yang terkait dengan sehehatan ke media ini untuk dipublikasikan. Jika ya berharap melakukan komunikasi lebbih lanjut. Terimakasih.
Halo Pak. Silakan saja dicoba untuk mengirimkan artikelnya ke salah satu media tersebut. Semoga berhasil ya Pak.
Salam,
Anggi
kak ini media diatas apa ada persyaratannya? seperti bikin cv ?
Halo Mba,
Kalau saya biasanya selain artikelnya, disertai juga no rek, profil singkat, KTP, Foto.
jangan lupa menulis pengantar tulisan di badan email.
Salam,
Anggi
kak saya mau tanya apakah hanya artikel saja yah?
Halo Mba Anjel,
Untuk yang saya tulis itu opini saja.
Halo Mas anggi
klo untuk ke tempo apa tau alamat email mas ? makaasih yaa infonya
salam
fika
Halo Mba Fika,
Alamat email tempo: pendapat@tempo.co.id
Salam,
Anggi
maaf mas, mau nanya, kira-kira media cetak apa yang lebih gampang meloloskan tulisan kita menurut pengalaman mas selama ini?berapa honornya? lancarkah?
Halo Mba,
Media memiliki kebijakannya masing-masing untuk menerima dan memuat tulisan kita. Menurut saya tidak ada yang gampang dan sulit. Semua bergantung kebijakan media. Yang perlu diperhatikan adalah isu yang update, analisa yang original, dan kebutuhan dari media untuk menampilkan isu tertentu, juga selingkung masing-masing media.
Honor juga bervariasi. Ada yang mulai dari 400-1.000.000. Ini pengalaman saya selama menulis dibeberapa media.
Semoga bermanfaat.
Salam,
Anggi
Trmksh tipsnya mas,Jadi mas sering kirim dan keterima di mana?apakah ngirim tulisan ke koran saat pandemi ini madih diterima?
Saya pribadi pernah mengirim ke banyak media Mba (Kompas, Tempo, Media Indonesia, Republika, Sindo, Detik dsb). Paling sering dimuat di Media Indonesia. Masih bisa mba. Silakan dicoba saja.
Salam,
Anggi
Terima kasih, artikelnya membantu…
Halo Mba,
Syukurlah jika bermanfaat.
Salam,
Anggi
Kalo ngirim ke detik sama media indonesia ada honornya ga mas?
Halo Mas/Mba,
Ada. Honornya lumayan. Selamat Mencoba.
Salam,
Anggi
Mas, setelah kirim ke kolom detik dapat honor? Aku kok setelah seminggu dimuat nggak ada kabar soal itu ya mas? Masnya dulu berapa lama setelah dimuat? Makasih mas
Halo Mas.
Detik biasanya 3 minggu lebih mas. Pasti ditransfer honornya.
Mas, jika tulisan kita dimuat apakah redaksi akan menginformasikannya via email atau kita sendiri yg harus rajin cek surat kabarnya? terima kasih
terima kasih tulisannya,
salam
Halo,
Bergantung medianya. Ada media yang menginformasikan seperti kompas, detik, dan tempo. Tapi kebanyakan kita harus aktif mengecek. Jadi harus cek media yang kita kirimkan saja.
Salam,
Anggi
salam, Mas.
izin bertanya terkait penarikan naskah artikel/opini yang tidak dimuat di media yag telah kita kirimkan untuk selanjutnya diendapkan dan dikirim ke media lain?
hatur nuhun. salam dari sesama warga Bekasi. 🙂
salam, Mas.
izin bertanya terkait bagaimana cara penarikan naskah artikel/opini yang tidak dimuat di media yag telah kita kirimkan untuk selanjutnya diendapkan dan dikirim ke media lain?
hatur nuhun. salam dari sesama warga Bekasi. 🙂
Halo Mas,
1. Jika 1-2 minggu tidak dimuat biasanya saya akan mengemail penarikan opini. Sebutkan saja artikel yang mas kirim akan ditarik.
2. Setelah ditarik, biasanya saya baca kembali artikel tersebut. Biasanya diperbaiki ditambah data atau dilengkapi analisanya. Jika memang isu yang ditulis masih relevan dan menjadi diskursus, biasanya akan saya kirim ke media lain. Jika memang sudah tidak menjadi pembicaraan publik, maka saya endapkan dan pada saat isu tsb dibicarakan saya baca lagi dań disesuaikan. Baru kemudian dikirim kembali.
semoga bermanfaat mas.
Salam.
Mas, mau tanya. Tiga tulisan saya sudah dimuat di detik. Waktu pemuatannya beda2. Yang paling awal Januari 2021.
Tapi sampai saat ini belum ada yang tanya nomor rekening.
Kira2 itu kenapa, ya, Mas?
Terima kasih.
Halo Mas Ridwan,
Saya kurang tahu mas. Terakhir dimuat di detik, satu bulan sudah ditransfer. Pertama kali mengirim dulu kemudian dikabari Mas Mumu dan diminta no rek. Mungkin mas bisa email ke mas Mumu (redaktur detik): mumu@detik.com. Semoga menjawab ya Mas.
Salam,
Anggi
Wah, informasi yang sangat gurih, terima kasih.
Terima kasih mba. Semoga bermanfaat.